Inspirasi Pendidikan

Murid adalah Aset Berharga

Pada suatu Jum’at di masjid pondok, saya menikmati khutbah salah seorang murid saya yang membuat air mata ini berlinang. Sepulang dari masjid saya menulis kalimat pendek untuk memotivasi diri dan sahabat-sahabat saya,

“Guru.. teruslah mendidik dan memberi nasehat yang menyentuh jiwa murid-muridmu dan membuat air mata mata mereka berlinang. Kelak Allah Ta’ala hadiahkan pula untukmu, air mata mereka berganti dengan air mata bahagia dan haru-mu saat engkau mendengar nasehat yang sama terucap dari lisan mereka di mimbar dan majelis ilmu.”

Saya berharap semoga ini bukan sekedar kenikmatan di dunia saja tapi betul-betul menjadi pahala di akhirat kelak. Sungguh, saya hanyalah seorang penuntut ilmu kecil dan tidak memiliki kemampuan seperti guru-guru hebat kita di sana dalam mendidik dan mengajar murid. Tapi demi Allah, saya merasa terhibur sekali manakala melihat murid-murid kita bermanfaat hidupnya buat umat ini. Padahal mereka juga punya guru-guru lain yang telah mendidikya. Namun ada kenikmatan tersendiri, mereka sudah hadir dalam secuil perjuangan kita. Dan ternyata kebahagiaan itu lebih duluan kita nikmati, sebelum orang lain menikmati nasehat-nasehat mereka. Duhai, betapa nikmat kira gerangan bisa mendidik dan punya murid banyak pula seperti guru-guru kita yang tersebar murid mereka di mana-mana serta dibutuh kiprahnya oleh umat.

Sungguh murid adalah aset yang sangat berharga!
Ada orang miskin, tak punya harta seperti orang-orang berpunya. Tapi kaya manfaat dirinya buat umat. Ia selalu mengajarkan kebaikan yang ketahui kepada siapaupun yang ia kenal, atau mereka memiliki murid ngaji yang telah sukses dididikya dengan izin Allah Ta’ala. Di sana juga ada ulama yang tidak memiliki anak keturunan sama sekali, tapi sangat banyak karya ilmiahnya. Mereka memiliki anak-anak ideologi yang telah mereka didik dengan baik. Murid mereka dan orang-orang yang mendapatkan mafaat ilmunya tersebar di mana-mana. Sesungguhnya mereka adalah orang yang kaya secara hakiki. Mereka adalah sebaik-baik prestasi seorang manusia. Nabi ﷺ bersabda,

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

Sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling bermanfaat buat manusia lain. (Shahihul Jaami’, 3289 )

Dalam lafazh lain yang lebih kuat sanadnya disebutkan:

أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللهِ أنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

Manusia yang paling cintai Allah adalah manusia yang paling bermanfaat buat manusia lain. (Silsilah Ash-Shahihah, no. 906)

Meraka juga diantara manusia mulia yang akan terus mendapatkan pahala setelah wafatnya. Salah satu dari tiga amalan jariyah yang disebukan Nabi ﷺ akan mereka raih,

أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ

Ilmu yang bermanfaat. (H.R. Muslim, no. 3084)

Lihatlah sepanjang sejarah keilmuan dan pendidikan bagaimana Allah Ta’ala memberikan rizki kepada guru-guru Rabbani yang senantiasa dikenang oleh murid-muridnya. Imam Abu Hanifah rahimahullah berkata,

ما صلَّيْتُ صلاةً منذُ أنْ ماتَ حمّاداً إلاَّ استَغفَرْتُ له مع والديَّ وإني لأستغفر لمن تعلمت منه علمًا أو علمته علمًا

Aku tidak pernah menunaikan salat sejak Hammad bin Abi Sulaiman (syaikhnya) wafat kecuali aku memohonkan ampunan untuknya bersama kedua orang tuaku. Dan sungguh, aku memohonkan ampunan bagi siapa saja yang telah mengajarkan ilmu kepadaku atau yang aku ajarkan ilmu kepadanya.

Bahkan Allah berikan pula Imam Abu Hanifah seorang murid yang senantiasa mendo’akannya. Qadhi Abu Yusuf, Murid hebat Imam Abu Hanifah berkata,

إني لأدعو لأبي حنيفة قبل أبويّ

Sungguh aku berdoa untuk Abu Hanifah (gurunya) sebelum kedua orang tuaku. (Al-Majaalis Al-Fiqhiyyah, 61)

Ahmad bin Laits juga menceritakan apa yang dilakukan oleh Imam Ahmad terhadap gurunya. Beliau berkata : Aku mendengar Ahmad bin Hanbal berkata,

إِنِّيْ لأَدْعُو اللهَ لِلشَّافِعِيِّ فِيْ صَلاَتِيْ مُنْذُ أَرْبَعِيْنَ سَنَةً، أَقُوْلُ: اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِمُحَمَّدِ بْنِ إِدْرِيْسَ الشَّافِعِي

Sungguh Aku berdoa kepada Allah untuk Asy-Syafi’i dalam shalatku selama empat puluh tahun. Dia berkata: Ya Allah, ampunilah aku, kedua orang tuaku, dan Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i. (Thabaqat Asy-Syafi’iyah”, 3/300).

Demikianlah berguru dan nikmatnya ilmu, guru berada di hati muridnya murid berada di hati gurunya.

Sungguh, guru-guru mulia itu telah mendapatkan balasan amal perbuatannya baiknya. Allah Ta’ala telah berfirman,

هَلۡ جَزَآءُ ٱلۡإِحۡسَٰنِ إِلَّا ٱلۡإِحۡسَٰنُ

“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).” (Q.S. Ar-Rahman, 60)

Guru yang telah mendidik murid-muridnya dengan pendidikan Islam yang baik adalah orang-orang yang berajalan di atas petunjuk Allah Ta’ala. Maka sejatinya mereka juga berbuat untuk diri mereka sendiri. Allah Ta’ala berfirman,

مَّنِ ٱهۡتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهۡتَدِي لِنَفۡسِهِۦۖ وَمَن ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيۡهَاۚ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٞ وِزۡرَ أُخۡرَى

“Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain.” (Q.S. Al-Isra’, 15)

Guru yang menyayangi muridnya dengan baik, sungguh akan disayang Allah Ta’ala. Rasulullah ﷺ bersabda,

ارحَمُوا مَن فِيْ الأَرضِ يَرحَمْكُمْ مَن فِي السَّمَاءِ

“Sayangilah makhluk yang ada di bumi, niscaya kalian akan disayangi oleh yang ada di langit.” (Hadits diriwayatkan oleh Abu Dawud [4941] dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Abi Dawud).

Para ulama telah menyebutkan kaedah,

الجزاء من جنس العمل

Balasan itu sesuai dengan jenis amal perbuatan.

Allah Ta’ala berfirman,

جَزَآءٗ وِفَاقًا

“Sebagai pambalasan yang setimpal.” (Q.S. An-Naba’, 26)

Sungguh nyatalah bagi kita, murid adalah aset yang sangat berharga bagi seorang guru. Maka sudah semestinya aset berharga itu dijaga, mendidik mereka dengan baik. Aset yang akan bermanfaat hingga akhirat kelak. Bahkan sebaliknya ketika aset berharga itu tidak kita jaga, amana besar itu diabaikan, sungguh di hari akhirat kelak akan menajadi mala petaka bagi kita. Nabi bersabda,

كلُّكم راعٍ وكلُّكم مسؤولٌ عن رعيتِهِ

Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. (H.R. Bukhari, no. 2554 Muslim, no. 1829)

Para ulama menjelaskan,

الرَّاعِي هُوَ الْحَافِظُ الْمُؤْتَمَنُ الْمُلْتَزِمُ صَلَاحَ مَا قَامَ عَلَيْهِ وَمَا هُوَ تَحْتَ نَظَرِهِ

Seorang pemimpin (ar-Raa’i) adalah orang yang memelihara, orang yang dapat dipercaya, orang yang berkomitmen (bertanggung jawab) atas kebaikan sesuatu yang diurusnya dan yang berada di bawah pengawasannya. (Syarhun Nawawi ‘ala Muslim, 12/213)

Kepada Allah Ta’ala kita memohon taufiqnya agar Allah Ta’ala membimbing kita untuk menjaga murid-murid kita, aset berharga dunia akhirat. Dan kepada Allah jua kita memohon ampun atas segala kekhilafan dan kelalaian kita.

Penulis: Firdaus Basyir As-Subayanjiy
Artikel: markizonline.com

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button