Inspirasi Pendidikan

Anak Bisa Menjadi Musuh Orang Tuanya

Buya kami dulu di pesantren bercerita, ada seorang ayah datang datang ke pondok meminta supaya Buya mendo’akan anaknya agar mati segera. Wal ‘iyaadzu billah.

Tentulah Buya kaget, ada apa gerangan? Sang ayah itu menceritakan, bahwa belum lama anaknya memukul dia sehingga ayah yang malang itu pun terpental jauh. Allahul Musta’an. Sungguh, Allah Ta’ala sudah menyebutkan di dalam Al-Qur’an,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِنَّ مِنۡ أَزۡوَٰجِكُمۡ وَأَوۡلَٰدِكُمۡ عَدُوّٗا لَّكُمۡ فَٱحۡذَرُوهُمۡۚ

“Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka.” (Q.S. AT-Taghabun, 14).

Kisah memprihatikan seperti ini banyak juga dialami oleh orang tua lain. Dan yang lebih memprihatinkan lagi betapa banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa anak-anak mereka telah menjadi musuh dalam hidupnya yang sesaat ini. Anak telah menyebabkan mereka jauh dari Allah Ta’ala dan akhirat. Mereka tertipu di saat orang-orang menyanjung dirinya dan prestasi duniawi anaknya. Mereka menyepelekan amal shalih dan ketaatan kepada Allah Ta’ala. Hartanya habis untuk perkara duniawi atas nama kasih sayang dan membahagiakan anak. Allah Ta’ala telah mengingatkan orang-orang beriman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تُلۡهِكُمۡ أَمۡوَٰلُكُمۡ وَلَآ أَوۡلَٰدُكُمۡ عَن ذِكۡرِ ٱللَّهِۚ وَمَن يَفۡعَلۡ ذَٰلِكَ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡخَٰسِرُونَ

“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (Q.S. Al-Munafiqun, 9)

Allah Ta’ala sebutkan bahwa anak adalah ujian. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّمَآ أَمۡوَٰلُكُمۡ وَأَوۡلَٰدُكُمۡ فِتۡنَةٞۚ وَٱللَّهُ عِندَهُۥٓ أَجۡرٌ عَظِيمٞ

“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Q.S. AT-Taghabun, 15)

Rasulullah ﷺ sedang berkhutbah kepada kami ketika Hasan dan Husain datang dengan mengenakan dua baju merah. Mereka berjalan dan terjatuh. Maka Rasulullah ﷺ turun dari mimbar, menggendong keduanya, dan menempatkan mereka di hadapannya. Kemudian beliau bersabda:

صدقَ اللَّهُ إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ نظرتُ إلى هذينِ الصَّبيَّينِ يمشيانِ ويعثُرانِ فلم أصبِر حتَّى قطعتُ حديثي ورفعتُهُما

Maha benar Allah, sesungguhnya harta dan anak-anakmu adalah fitnah (cobaan). Aku melihat kedua anak kecil ini berjalan dan terjatuh, sehingga aku tidak bisa bersabar hingga aku memutuskan pembicaraanku dan mengangkat mereka berdua. (H.R. Abu Dawud, no. 1101, At-Tirmidzi, no. 3774, Shahih)

Dalam kitab-kitab tafsir, kita mendapatkan penjelasan para ulama tentang makna anak sebagai musuh ini, seperti penjelasan Imam Ath-Thabari rahimahullah,

Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, sesungguhnya di antara istri-istri dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu.

يصدونكم عن سبيل الله، ويثبطونكم عن طاعة الله

Mereka menghalangimu dari jalan Allah dan melemahkanmu dari ketaatan kepada Allah. Maka berhati-hatilah terhadap mereka.

أن تقبلوا منهم ما يأمرونكم به من ترك طاعة الله

Janganlah kamu menerima apa yang mereka perintahkan kepadamu berupa meninggalkan ketaatan kepada Allah.

Dan beliau menyebutkan riwayat-riwayat bahwa ayat ini diturunkan tentang sekelompok orang yang ingin masuk Islam dan berhijrah, tetapi istri-istri dan anak-anak mereka menghalangi mereka dari hal tersebut.

Imam Ibnu Katsir menjelaskan tafsir anak sebagai fitnah,

أي : اختبار وامتحان منه لكم ؛ إذ أعطاكموها ليعلم أتشكرونه عليها وتطيعونه فيها ، أو تشتغلون بها عنه ، وتعتاضون بها منه

“Artinya: Ujian dan cobaan dari-Nya untuk kalian; karena Dia memberikan itu kepada kalian untuk mengetahui apakah kalian bersyukur kepada-Nya atasnya dan menaati-Nya dalam hal tersebut, atau kalian sibuk dengannya dan menggantikan-Nya dengan hal tersebut.”

Renungkanlah! Ketika Allah Ta’ala menyebutkan permusuhan, Allah Ta’ala menggunakan kata مِنْ untuk menunjukkan sebagian, sehingga firman Allah : ﴾ إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوّاً لَكُمْ ﴿ (Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu), karena tidak semua keluarga adalah musuh. Namun, Allah Ta’ala tidak menyebutkan kata مِنْ dalam firman-Nya: ﴾ إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ ﴿ (Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah fitnah), karena istri dan anak-anak tidak pernah lepas dari fitnah dan menyibukkan hati.

Nabi ﷺ juga pernah menyebutkan tatkala Hasan dan Husain datang kepadanya,

جاءَ الحسَنُ والحسينُ يَسعيانِ إلى النَّبيِّ صلَّى اللهُ علَيهِ وسلَّمَ فضمَّهما إليه وقال إنَّ الولدَ مَبخلةٌ مَجبنةٌ

Hasan dan Husain datang berlari menuju Nabi ﷺ, lalu beliau memeluk mereka dan berkata, ‘Sesungguhnya anak itu (bisa menjadi) penyebab kikir dan pengecut. (H.R. Shahih Ibnu Majah, no. 2972)

Tidak sedikit orang-orang tidak peduli dengan kehalalan usaha dan pekerjaannya karena cinta dan sayang kepada anak dan istrinya. Karena itulah kita hendaklah kita menyadari dan waspada bahwa anak adalah ujian bagi kita. Manaka kala kita mendidik mereka dengan baik dan kita senantiasa memperkuat keimanan maka kita akan lulus dari ujian tersebut, bi’idznillah. Namun apabila kita lalai mendidiknya, tidak waspada terhadap fitnah anak, akhirnya mereka menjadi musuh kita dalam perjuangan mencari ridha Allah Ta’ala. Bahkan efek duniawinya anak bisa menyesakkan dada, membuat kita marah dengan sumpah serapah yang terucap di lisan. Wal ‘iyaadzu billah.

Semoga Allah Ta’ala membimbing kita dan anak-anak kita.

Penulis: Firdaus Basyir As-Subayanjiy
Artikel: markizonline.com

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button