Anak adalah Nikmat Mulia yang Akan Kita Pertanggungjawabkan
Manusia berjuang mati-matian untuk mendapatkan barang-barang berharga di dunia ini. Apabila ia sudah diberikan rizki oleh Allah Ta’ala memilikinya seperti permata dan perhiasan indah, ia akan menjaganya dengan baik. Tidak boleh kotor, tercecer dan jangan sampai hilang. Sungguh, anak adalah harta paling berharga dan perhiasan terindah kedua orang tua. Semestinya lebih kita jaga dan dirawat dengan baik serta jangan sampai tercemar kotoran yang akan merusak jiwa dan keperibadiannya.
Semakin berharga barang yang dititipkan kepada kita maka kita akan kian berhati-hati untuk menjaganya. Apalagi jika yang menitipkan itu adalah orang yang memiliki kemulian dan kedudukan terpandang. Sungguh, anak adalah amanah paling berharga dari zat yang maha mulia yang dititipkannya kepada kita. Kelak akan kita pertanggung jawabkan di hadapan Allah Ta’ala di hari akhirat. Nabi ﷺ bersabda,
وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلَا فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Dan Seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya, dan dia bertanggung jawab atas mereka semua, seorang wanita juga pemimpin atas rumah suaminya dan anak-anaknya, dan dia bertanggung jawab atas mereka semua, seorang budak adalah pemimpin atas harta tuannya, dan dia bertanggung jawab atas harta tersebut. Setiap kalian adalah pemimpin dan akan bertanggung jawab atas kepemimpinannya.” (H.R. Muslim, no. 3408, Bukhari, no. 844, 2232, 2371, dan selainnya )
Syaikh Abdur Rahman Al-Mubarakfuri menjelaskan,
وَرِعَايَةُ الرَّجُلِ أَهْلَهُ سِيَاسَةٌ لِأَمْرِهِمْ وَإِيصَالِهِمْ حُقُوقَهُمْ وَرِعَايَةُ الْمَرْأَةِ تَدْبِيرُ أَمْرِ الْبَيْتِ وَالْأَوْلَادِ وَالخدم وَالنَّصِيحَةُ لِلزَّوْجِ فِي كُلِّ ذَلِكَ
Tanggung jawab seorang suami atas keluarganya adalah mengatur urusan mereka dan memberikan hak-hak mereka. Tanggung jawab seorang wanita adalah mengatur urusan rumah tangga, anak-anak, dan pembantu, serta memberi nasihat kepada suaminya dalam semua itu. (Tuhfatul Ahwadzi, 5/295)
Bahkan kedua orang tua akan ditanya oleh Allah Ta’ala di hari akhirat kelak sebelum anaknya, Imam Ibnul Qaqyyim rahimahullah berkata,
وَقَالَ بَعْضُ أَهْلُ الْعِلْمِ أَنََّ اللَّهَ سُبْحَانَهُ يَسْأَل الْوَالِدَ عَنْ وَلَدِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَبْل أَنْ يَسْأَل الْوَلَدَ عَنْ وَالِدِهِ قَبْلَ أَن يسْأَل الْوَلَد عَن وَالِده فانه كَمَا أَن للْأَب على أبنه حَقًا فللابن على أَبِيه حق فَكَمَا قَالَ تَعَالَى
Dan sebagian ulama berkata bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menanyai orang tua tentang anaknya pada Hari Kiamat sebelum menanyai anak tentang orang tuanya. Karena sebagaimana seorang ayah memiliki hak atas anaknya, begitu pula seorang anak memiliki hak atas ayahnya.
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:
وَوَصَّيۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيۡهِ حُسۡنٗاۖ
“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya.” (Al-‘Ankabut 29: 8).
Dan Allah Ta’ala juga berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارٗا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu”. (At-Tahrim 66:6).
(Tuhfatul Maudud bi Akhkaamil Maulud, 229)
Umar bin Khattab radhiyallahu‘anhu berkata,
أدِّبِ ابنَكَ فإِنَّكَ مَسْئُوْلٌ عَنْ ولَدِكَ مَاذَا أدَّبْتَهُ وَمَاذَا عَلَّمْتَه؟ وإِنَّه مَسْئُوْلٌ عَنْ بِرِّكَ وطَوَاعِيَتِهِ لَكَ
Didiklah anakmu, karena kamu akan dimintai pertanggungjawaban atas anakmu, bagaimana kamu mendidiknya dan apa yang kamu ajarkan kepadanya. Dan dia juga akan dimintai pertanggungjawaban atas bakti dan ketaatannya kepadamu. (Syu;abul Imaan, 11/135)
Setiap fase umur dan perkembangan anak ada tuntunan yang telah diberikan oleh Allah Ta’ala kepada kita untuk mendidiknya. Maka kelak akan diminta pertanggung jawabnnya kepada kita, apakah sudah kita laksanakan dan diterapkan pendidikan anak itu pada setiap tahapannya dengan baik. Bahkan mencarikan ibu yang shalihah bagi calon anak yang akan lahir adalah bagian dari hak pertama anak yang akan diminta pertanggug jawaban oleh Allah Ta’ala dari kita di akhirat kelak. Bagi yang masih lajang Rasulullah ﷺ telah membimbing kita sedetil mungkin untuk mencari pasangan hidup yang baik. Dan bagi yang sudah berkeluarga mestilah kita membimbing istri agar menjadi ibuk yang baik, bagi anak-anaknya.
Semoga Allah Ta’ala memberikan Taufiq-Nya kepada kita.
Penulis: Firdaus Basyir As-Subayanjiy
Artikel: markizonline.com