Inspirasi Pendidikan

Anak adalah Anugerah Allah Ta’ala

Anak adalah anugerah Allah Ta’ala kepada hamba-Nya. Allah memberikan karunia-Nya kepada siapapun yang Ia kehendaki. Allah Ta’ala berfirman,

لِّلَّهِ مُلۡكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ يَخۡلُقُ مَا يَشَآءُۚ يَهَبُ لِمَن يَشَآءُ إِنَٰثٗا وَيَهَبُ لِمَن يَشَآءُ ٱلذُّكُورَ أَوۡ يُزَوِّجُهُمۡ ذُكۡرَانٗا وَإِنَٰثٗاۖ وَيَجۡعَلُ مَن يَشَآءُ عَقِيمًاۚ إِنَّهُۥ عَلِيمٞ قَدِيرٞ

“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki. Atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (Q.S. Asy-Syuura, 49-50)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan tafsir ayat ini, Allah Ta’ala menjadikan manusia empat golongan:
1. Orang yang Allah anugerahi anak perempuan saja
2. Orang yang Allah anugerahi anak laki-laki saja
3. Orang yang Allah anugerahi dari kedua jenis itu, laki-laki dan perempuan,
4. Orang yang Allah tidak anugerahi keduanya, Allah Ta’ala jadikan dia mandul, tidak mempunyai keturunan dan tidak dikaruniakan anak. “Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui siapa yang berhak mendapatkan masing-masing dari golongan tersebut, Maha Kuasa atas siapa saja yang Dia kehendaki perbedaan manusia dalam hal itu.”

Kita adalah hamba-hamba Allah Ta’ala yang disyari’atkan untuk selalu berikhtiar dan berdo’a serta bertawakkal kepada-Nya. Manakala Nabiyullah Zakariyya ‘alaihissalaam sudah berusia tua, dan sudah sekian lama berdakwah, beliau mengkhawatirkan siapa yang akan mewarisi dakwahnya, Allah Ta’ala menceritakan curahan hatinya dalam do’a-do’a Nabi Zakariyya ‘alaihissalam yang indah. Allah Ta’ala berfirman,

وَزَكَرِيَّآ إِذۡ نَادَىٰ رَبَّهُۥ رَبِّ لَا تَذَرۡنِي فَرۡدٗا وَأَنتَ خَيۡرُ ٱلۡوَٰرِثِينَ

“Dan (ingatlah kisah) Zakaria, tatkala ia menyeru Rabb-Nya: “Ya Rabb-ku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik.” (Q.S. Al-Anbiya’, 89)

Allah Ta’ala juga berfirman,

هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُۥۖ قَالَ رَبِّ هَبۡ لِي مِن لَّدُنكَ ذُرِّيَّةٗ طَيِّبَةًۖ إِنَّكَ سَمِيعُ ٱلدُّعَآءِ

“Disanalah Zakariya mendoa kepada Rabbnya seraya berkata: “Ya Rabb-ku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa.” (Q.S. Ali Imran, 38)

Sekalipun kita sudah tua teruslah berdo’a, sebagai Nabi Zakariyya ‘alaihissalam selalu berdo’a, Allah Ta’ala juga menceritakan dalam surat lain,

إِذۡ نَادَىٰ رَبَّهُۥ نِدَآءً خَفِيّٗا قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ ٱلۡعَظۡمُ مِنِّي وَٱشۡتَعَلَ ٱلرَّأۡسُ شَيۡبٗا وَلَمۡ أَكُنۢ بِدُعَآئِكَ رَبِّ شَقِيّٗا وَإِنِّي خِفۡتُ ٱلۡمَوَٰلِيَ مِن وَرَآءِي وَكَانَتِ ٱمۡرَأَتِي عَاقِرٗا فَهَبۡ لِي مِن لَّدُنكَ وَلِيّٗا يَرِثُنِي وَيَرِثُ مِنۡ ءَالِ يَعۡقُوبَۖ وَٱجۡعَلۡهُ رَبِّ رَضِيّٗا

“Ia berkata, Ya Rabb-ku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, Ya Rabb-ku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya’qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai.” (Q.S. Maryam, 4-6)

Allah Ta’ala juga menjelaskan sifat Ibadur Rahman, hamba-hamba yang dicintai-Nya, mereka berdo’a memohon karunia anak yang shalih. Allah Ta’ala berfirman,

وَٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبۡ لَنَا مِنۡ أَزۡوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعۡيُنٖ وَٱجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِينَ إِمَامًا

“Dan orang orang yang berkata: Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (Q.S. Al-Furqon, 74)

Dan bagi kita yang belum dianugeri Allah Ta’ala anak, terimalah ketetapan Allah Ta’ala dengan hati yang ridha. Para Nabi pun tidak semuanya punya anak. Anak semata-mata adalah karunia Allah Ta’ala, manusia hanya menjalani saja. Masing-masing para Nabi berbeda karunia yang Allah Ta’ala tetapkan untuk mereka.

Para Ahli Tafsir juga menyebutkan, ada Nabi yang Allah Ta’ala berikan anak perempuan saja seperti Nabi Luth ‘alaihhissalam. Ada Nabi yang Allah Ta’ala berikan anak laki-laki saja seperti Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Ada Nabi yang Allah Ta’ala karuniakan anak laki-laki dan perempuan seperti Nabi Muhammad ﷺ. Dan ada juga Nabi yang Allah Ta’ala tidak karuniakan anak keturunan sama sekali seperti nabi Yahya dan Isa ‘alaihimassalaam. Semuanya adalah ketetapan Allah Ta’ala. Berharaplah karunia-Nya semata serta tawakkalkan hati pada ketetapan-Nya setelah kesungguhan dalam Ikhtiar dan do’a.

Semoga Allah Ta’ala berkahi harta dan keturunan kita.

Penulis: Firdaus Basyir As-Subayanjiy
Artikel: markizonline.com

Referensi:
Tafsir Qur’anil ‘Azhiim, Imam Ibnu Katsir
Tafsir Al-Qur’an Imam Al-Baghawi
Tarbiyyatul Aulaad ‘Ala Minhajin Nubuwwah, Syaikh Sa’id Ruslan

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button