Inspirasi Pendidikan

Anak dan Generasi Ini Bukanlah Kelinci Percobaan

Anak dan generasi ini bukanlah kelinci percobaan. Maka dalam mendidik mereka jangan sampai terjerumus konsep uji coba yang belum jelas, atau terjebak pemikiran pendidikan yang datang dari peradaban luar yang jauh dari nilai dan konsep Pendidikan yang diajarkan oleh Nabi ﷺ. Ingat! Allah Ta’ala telah tegaskan,

وَلَن تَرۡضَىٰ عَنكَ ٱلۡيَهُودُ وَلَا ٱلنَّصَٰرَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمۡۗ قُلۡ إِنَّ هُدَى ٱللَّهِ هُوَ ٱلۡهُدَىٰۗ وَلَئِنِ ٱتَّبَعۡتَ أَهۡوَآءَهُم بَعۡدَ ٱلَّذِي جَآءَكَ مِنَ ٱلۡعِلۡمِ مَا لَكَ مِنَ ٱللَّهِ مِن وَلِيّٖ وَلَا نَصِيرٍ

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (Q.S. Al-Baqarah,120)

Banyak orang tua dan para pendidik yang melahirkan para ilmuwan biadab, malas bahkan tidak peduli dengan ibadat. Di kemudian hari baru menyesal. Lebih bahaya lagi jika dia tidak bertaubat, di akhirat kelak mendapatkan Adzab.

Di antara contoh orang tua yang secara zhahir hebat. Tapi, di kemudian hari menyesali perjuangannya sendiri dalam mendidik anaknya. Dr. Adian Husaini menulis dalam artikelnya bertajuk, “Sukses Sekolahkan Anak Ke Luar Negeri Sang Doktor Akhirnya Menyesal”. Di youtube beredar sebuah video berjudul: “Penyesalan seorang Doktor Universitas Ternama”. Isinya berkisah tentang penyesalan seorang doktor yang ketiga anaknya berhasil kuliah keluar negeri. Ia bahkan menulis buku panduan tentang kiat menyekolahkan anaknya di luar negeri. Banyak orang yang mengikuti jejekanya dan sukses. Tapi, belakangan, ia menarik bukunya dari peredaran dan meminta maaf kepada orang-orang yang telah mengikuti jejaknya.

Kisahnya bermula saat istrinya sakit. Anak pertama, yang sudah mapan bekerja di USA, diteleponnya. Tapi, sang anak tidak bisa pulang. Katanya, banyak meeting yang tidak bisa ditinggalkan. Anak kedua, sedang ujian, sehingga tidak bisa kembali ke Indonesia, menjenguk ibunya. Anak ketiga, baru saja diterima bekerja di sebuah perusahaan IT ternama. Katanya, sebagai karyawan baru, ia tidak bisa meninggalkan pekerjaan dengan alasan keluarga. Akhirnya, sang ibu meninggal.

“Tak satu pun anak saya hadir di pemakaman ibunya. Saya sangat sedih dan terpukul. Saya tidak bisa menyalahkan siapa-siapa. Karena itu akibat dari saya; (itulah) yang saya ajarkan pada anak-anak. Sayalah sekarang yang menanggung akibatnya,” kata sang doktor sambil terisak.

Belakangan, sang doktor mendalami agama. Ia belajar ajaran-ajaran Nabi. Diantaranya belajar tentang cara mendidik anak dan lain-lain. Setelah paham agama, sang doktor merasa selama ini telah salah mendidik anak.

“Saya merasa sudah menjerusmuskan anak-anak dengan menyekolahkan anak saya ke luar negeri. Mereka jadi jauh dari agama. Jauh dari pemahaman konsep hidup yang benar, sesuai dengan tuntunan Rasulullah.” kata sang doktor.

Belakangan, sang doktor berencana menjual asset-asetnya, membeli lahan yang cukup luas, membangun pesantren, dan sekaligus tinggal disana. Ia berharap, ke depan, ada salah satu cucunya mau tinggal bersamanya, belajar di pesantren. (Beginilah Pendidikan Nasional Yang Ideal, Hal. 11-12)

Kisah penyesalan seperti seperti ini banyak dialami oleh orang tua lainnya. Syukur masih diberikan oleh Allah Ta’ala kesadaran dan petunjuk-Nya. Jika tidak sadar dan tidak mendapatkan taufiq dari Allah Ta’ala, ia tersesat hingga akhir hayat.

Persoalannya, bukanlah tidak boleh belajar sains ke negeri mana pun. Tapi, kewajiban pertama dan utama kita orang tua adalah memastikan anak kita kelak selamat dari siksa neraka. Allah Ta’ala tegaskan,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارٗا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ عَلَيۡهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٞ شِدَادٞ لَّا يَعۡصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمۡ وَيَفۡعَلُونَ مَا يُؤۡمَرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S. At-Tahriim, 6)

Untuk mendidik anak, sesungguhnya tidak mesti di pesantren. Yang terpenting anak terdidik dengan didikan iman, adab, ilmu yang fardhu ‘ain dan jiwanya dikawal oleh ‘Aqidah yang benar manakala mempelajari ilmu Fardhu Kifayah dan Sains.
Setiap guru juga punya amanah besar, agar mendidik murid dengan benar.

كُلُّكُمْ رَاعٍ ومَسْؤُولٌ عن رَعِيَّتِهِ

Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. (H.R. Bukhari, 2409, Muslim, 1829)

Tugas kita, menerapkan konsep pendidikan yang benar. Mulai dari tujuan yang tepat, program pendidikan yang benar, kurikulum yang betul, metode dan materi ajar yang shahih. Proses yang benar inilah yang menjadi kewajiban kita. Soal hasil akhir adalah hidayah Allah Ta’ala. Dan tolak ukuran kebenaran itu adalah mengikuti petunjuk Allah Ta’ala dan Rasulnya ﷺ.

Waspadalah! Terjebak dalam konsep yang bertolak belakangan dengan nilai pendidikan Islam akan menjadi mala petaka besar bagi kita di hari akhirat kelak. Anak kita bukan kelinci percobaan yang menjadi objek uji coba konsep pendidikan yang bukan dari petunjuk sang pencipta manusia ini.

Semoga Allah ta’ala membimbing saya dan kita semua.

Penulis: Firdaus Basyir As-Subayanjiy
Artikel: markizonline.com

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button